Diantara Keteraturan Cosmos dan Chaos

Diantara Keteraturan Cosmos dan Chaos


Dalam hidup manusia pasti memiliki sudut pandangan tersendiri dalam melihat ataupun memaknai sebuah peristiwa yang terjadi, entah peristiwa itu menyenangkan ataupun menyedihkan.
 
Mungkin, banyak orang yang berprasangka bahwa alam semesta ini begitu teratur, begitu tertata sedemikian cantiknya bermodalkan gemerlap cahaya bintang di langit malam. Pergerakan planet-planet dalam orbitnya yang terikat rapi oleh hukum Kepler. Namun, ada juga sebagian orang lainnya yang berprasangka bahwa alam semesta ini sejatinya hanyalah kekacauan dan ketidakberaturan akibat dari cosmos itu sendiri. 
 
Dini, kita bisa ambil beberapa contoh peristiwa yang seolah-olah mengilustrasikan mengenai cosmos dan chaos. Salah satunya adalah munculnya wabah Covid-19, siapapun pasti tidak asing dengan nama yang banyak menelan korban di seluruh negara-negara di dunia, termasuk di negara kita tercinta. Bisa diasumsikan bahwa keadaan sebelum terjadinya wabah Covid-19 adalah cosmos, semuanya teratur, aktivitas kita berjalan normal dan terus berulang setiap harinya. Berbeda dengan keadaan dimana wabah Covid-19 sudah menjalar kemana-mana, hasilnya aktivitas yang biasa kita lakukan "bisa dibilang" terbelenggu dan terpaksa dikurangi, misalnya main keluar bareng temen, pergi jalan-jalan, pergi ke sekolah, bekerja, dll. Keadaan tersebut bisa kita sebut dengan chaos.
 
Di dalam cosmos yang kita anggap teratur dan tertata rapi, sejatinya tidak benar-benar teratur dan tertata rapi. Bila kita mundur ke 13,8 milyar tahun lalu, kita akan melihat bahwa alam semesta itu begitu panas, materi berhamburan di ruang vakum dan dipenuhi oleh radiasi yang dihasilkan dari ledakan Big Bang, apakah hal tersebut bisa dikatakan teratur?. 
 
Kita majukan waktu dimana planet-planet mulai terbentuk, alias menurunnya kadar radiasi dan melimpahnya gas (helium, nitrogen, dll) di angkasa yang nantinya akan menghasilkan nebula (awan kosmik) sekaligus akan menciptakan planet, sesuai dengan hipotesis nebula.
 
Bumi pada Zaman Es - Credit : Wiki
 
Namun, sesudahnya planet itu terbentuk tidak langsung menjadi planet yang layak untuk dihuni seperti bumi kita sekarang ini. Perlu diingat bahwa, dulunya itu bumi pernah mengalami yang namanya zaman es. Hal ini mungkin terjadi karena nebula tadi telah bertransformasi menjadi penyusun planet sekaligus efek pendinginan setelah planet itu terbentuk dan juga akibat dari menurunnya suhu panas dari nebula itu sendiri. 

Beberapa juta tahun kemudian munculah kehidupan di bumi, dimulai dari organisme kecil yang merupakan common ancestor yang terus berevolusi sedemikian rupa mengikuti perubahan (bisa berupa perubahan iklim, ketersediaan makanan, tempat tinggal, serta pengaruh bencana alam) di muka bumi, mengikuti syarat yang ada dalam Teori Evolusi. Akibat evolusi tersebut, di bumi kita ini memiliki beragam jenis spesies (baik tumbuhan ataupun hewan) yang dipetakan dalam sebuah kingdom.

Apakah dengan munculnya kehidupan di bumi ini akan membuatnya menjadi lebih indah dan "berwarna" alias tertata rapi yang mencerminkan cosmos?. Pertanyaan tersebut dapat dijawab sesuai dengan perspektif kita sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan kognitif, kebebasan berpendapat dan open minded merupakan kunci bahwa kita ini memang memiliki akal. 

  • Kehidupan Merupakan Bentuk Kecil dari Keadaan Chaos
Saya sendiri beranggapan bahwa kehidupan itu merupakan bentuk lain dari chaos, mengapa?.  Sejatinya, kehidupan itu sifatnya destructive (menghancurkan), bisa diibaratkan kita ini cacing yang hidup didalam apel, mau tidak mau kita harus memakan apel itu agar kita bisa bertahan hidup, survive
 
Bumi akan terus terkikis akibat kehidupan didalamnya.
 
Sama halnya seperti manusia, manusia memanfaatkan alam untuk memenuhi semua kebutuhannya, memuaskan rasa lapar dan dahaga. Namun, manusia terkadang juga lupa cara untuk berterima kasih kepada alam, mereka terus mengeksploitasi SDA tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi dimasa depan. Bisa jadi, usaha mengeksploitasi SDA secara berlebih tanpa melakukan renewable bisa membahayakan kelangsungan spesies mereka sendiri. 

Dengan kata lain, bisa menyebabkan kepunahan umat manusia. Namun, perlu dipikirkan ulang mengenai perilaku manusia, manusia tidaklah seceroboh seperti yang kita bayangkan. Pastilah mereka mempunyai perencanaan (planning) agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan spesiesnya, apalagi membuatnya punah.  
 
Sekali lagi, mereka melakukan "kerusakan" demi kelestarian spesiesnya, memenuhi kebutuhan yang semata-mata agar bisa selamat, survive dari segala keadaan yang menimpa mereka,  baik dari panas terik ataupun hujan badai, dari segala huru-hara duniawi yang mengancam keberlangsungan hidup mereka. 
 
Terkadang yang kita anggap "terbaik" dan "memang bisa dibilang begitu", tidak selalu berjalan seperti yang dirasakan oleh alam, tempat yang kita tinggali. So, we are litle piece of chaos
 
  • Chaos in the Cosmos
Setiap kata yang kita ucapkan pastinya memiliki lawan (kata yang bertolak belakang), sama halnya seperti cosmos dan chaos. Disatu sisi ada yang berpendapat bahwa setiap sesuatu yang teratur dan tertata merupakan sebuah keindahan (cosmos), disisi yang lain ada yang berpendapat bahwa sesuatu yang teratur dan tertata hanyalah ilusi yang diagungkan agar kita bisa menikmati hidup, istilahnya 'Di bawa heppy aja' agar kita melupakan sejenak permasalahan (chaos) yang sedang kita alami.

Beberapa bulan yang lalu kita pasti pernah mendengar berita yang mengabarkan bahwa akan ada ledakan bintang, yang dikhawatirkan akan berdampak pada bumi.
 
Ledakan bintang menjadi supernova - CNN IND
 
Dibalik keindahan ledakan bintang tersebut, ada banyak hal buruk yang mungkin bisa terjadi, seperti yang diketahui bahwa ledakan suatu bintang yang telah habis masa hidupnya pasti akan memancarkan energi panas yang luar biasa. Dari panas tersbut, siapa sih yang akan bisa bertahan hidup, kena sinar ultra violet dari matahari udah ngeluh kepanasan, apalagi kena suhu panas dari supernova. Nyatanya, yang indah itu tidak selalu bisa dinikmati. 
 
Tidak hanya supernova saja contoh kekacauan yang ada dalam alam semesta, sama halnya seperti black hole. Lubang dengan gravitasi yang sangat besar yang dapat menarik segala materi kedalamnya, planet pun juga bisa terhisap masuk dan hancur karena tarikan gravitasinya. Bahkan cahaya yang tidak memiliki massa pun bisa terperangkap oleh gravitasi black hole.
 
Bayangkan saja, bila kita pindahkan Sagittarius A* yang ada di pusat galaksi Bima Sakti ke jarak bumi - pluto, akankah bumi tetap tertarik ke dalam black hole?. Tentu saja, matahari yang massa nya lebih  kecil saja bisa menarik beberapa planet dan akhirnya mengorbit pada matahari itu. Black hole yang mempunyai massa berjuta kali lipat dibandingkan dengan matahari. Secara spontan pastinya bumi juga bakal tertarik kedalamnya akibat dari lengkungan ruang-waktu yang dibuat oleh black hole itu.

Sejatinya, banyak sekali kekacauan di alam semesta yang jarang kita ketahui. Pada kenyataannya, kitanya saja yang terlalu kecil dan tidak berdaya bila harus menjelajah alam semesta yang maha luas ini. Namun, sebagai makhluk yang "ingin selalu bahagia" kita sering kali mengacuhkan hal tersebut, dan beralih memikirkan hal-hal yang sewajarnya kita pikirkan. Emangnya siapa sih yang mau memikirkan chaosnya alam semesta?.
 
Kekacauan di alam semesta itu wajar, karena sesuatu yang dinamis pasti memiliki probabilitas dalam setiap peristiwanya dan tidak bisa diprediksi. Itulah special-nya alam semesta, sangat menarik untuk dipelajari lebih jauh, karena misterinya yang tersimpan rapi membuat kita (observer) "bisa dibilang" manjadi lebih betah untuk mencari lebih luas lagi.