Pengenalan Kosmologi

Pengenalan Kosmologi

 
Berbicara mengenai alam semesta pasti tidak ada habisnya, banyak misteri yang masih belum dapat dipecahkan hingga sekarang. Misteri itu mucul bermula dari pertanyaan-pertanyaan yang kita buat ataupun hasil analisis dari para ahli. Namun, dari banyaknya pertanyaan yang kita buat, pernahkan terlintas dipikiran "Kenapa kita ada disini?", "Bagaimana alam semesta ini tercipta", "Kenapa kita ada?", "Kenapa kita hidup di planet yang 'diberi nama' Bumi?", "Sebenarnya kita ini dimana?". 
 
Pada sederet pertanyaan tersebut, kita mengetahui bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang penuh dengan pertanyaan. Ya, tentu saja karena manusia memiliki akal dan pikiran.

Kosmologi merupakan ilmu yang jarang diketahui oleh banyak orang, berbeda dengan matematika, fisika, ips, ataupun bahasa ,dll. Menurut saya, ilmu ini sangat menarik. Karena tidak hanya ilmu astronomi saja yang kita dapatkan disini, tetapi banyak ilmu lain yang dipelajari, contohnya saja sosial, kosmologi sangat berkaitan dengan ini. 
 
Disini kita diajak untuk memandang kesetaraan sesama manusia, mengingat "kita ada" karena proses biologis yang disebut 'lahiran' dan kita meninggalkan kesadaran karena detak jantung telah berhenti yang disebut dengan 'kematian'. Kita tidak spesial, kita tidak sempurna, tapi mengapa manusia begitu membanggakan kelebihan yang mereka miliki!?.

Sebelum kita membahas mengenai Kosmologi, izinkan saya untuk memberi pendapat mengenai kosmologi di Indonesia. Yah, walaupun wacana tentang kosmologi tidak semeriah wacana politik yang ada, saya berharap pada kemudian hari kosmologi dapat menjadi suatu topik yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Bukan untuk pamer ilmu, namun sebagai wujud kritis dalam menjaga alam, memahami kesetaraan dan juga manusia sebagai 'penghuni muka bumi'.

  •  Pengertian Kosmologi
Kosmologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang sejarah, struktur alam semesta dan kehadiran manusia didalamnya dengan pendekatan yang empiris dan objektif melalui pembuktian ilmiah atau observasional. Dalam kosmologi ini, terdapat 2 sudut pandang yang akan kita kenal, yaitu sudut pandang sains dan agama (Teologi)
 
Kita pasti tau bahwa, pandangan sains merupakan pandangan yang hanya dapat diterima apabila kita dapat menjelaskannya secara teoritis dan terdapat bukti yang kongkrit, sehingga kita dapat menerimanya dengan akal-pikiran.
 
 Berbeda dengan sudut pandang agama, didalamnya kita harus sepakat bahwa 'Tuhan' adalah Dzat Yang Maha Pencipta, dengan bukti bahwa agama adalah 'Jalan' yang telah Ia buat untuk manusia, dan sebagai petunjuk-Nya telah diberikan kepada kita 'Kitab' dan alam semesta adalah bukti Ciptaan-Nya.

  • Alam Semesta dalam Kosmologi
"Bagaimana alam semesta ini bermula?", mungkin itu adalah satu pertanyaan dasar yang muncul ketika kita memandangi langit, melihat banyak bintang yang gemerlap, bertebaran menghiasi langit malam ataupun memandangi langit dengan awan tebal biru dipagi hari. Mari kita pikirkan sejenak, hmm, mungkin banyak yang berpikir bahwa alam semesta bermula karena ledakan besar (BigBang) atau ada yang beranggapan bahwa alam semesta ada karena 'Tuhan' telah menciptakannya. 
 
Nah, disini saya akan membahas mengenai awal mula alam semesta berdasarkan sains. Menurut beberapa ilmuwan atau kosmolog, awal dari alam semesta adalah singularitas dapat diartikan sebagai ketiadaan-kekosongan-kehampaan. Apa yang terjadi saat singularitas? tidak ada yang terjadi dalam singularitas, alias kehampaan alam semesta. "Lantas, bagaimana BigBang terjadi?", dikutip dari livescience(dot)com mengenai pernyataan Stephen Hawking:

"As you move backward in time, then, the universe contracts. Rewind far enough (about 13.8 billion years), and the entire universe shrinks to the size of a single atom."

Image @Google
 
Nah, disini dapat kita ketahui bahwa, alam semesta mulanya berasal dari sebutir kecil atom yang terus mengembang dan lama-kelamaan menjadi bola besar yang sangat panas, dan akhirnya meledak disertai dentuman yang sangat hebat. Seketika partikel yang ada mulanya satu, terpecah, terlempar kesegala arah. 
 
Dan dalam waktu yang tidak diketahui, partikel tersebut membentuk suatu ikatan dengan partikel lain (helium, fosfor, dll) sehingga terbentuklah gas atau awan panas yang disebut Nebula. Selama kurun waktu tertentu, gas atau awan tadi mendingin dan terbentuklah planet-planet ataupun bintang, hingga kini dipercaya bahwa alam semesta terus mengembang (meluas / ekspansi).

Ilmu kosmologi muncul pertama kali di Yunani, para filsuf-lah yang membuat langkah awal dalam 'membuat pijakan' mengenai kosmologi. Hal dasar yang ditekankan pada kosmologi lampau ini adalah gerak. Gerak terbagi menjadi dua, gerak melingkar dan gerak lurus. Gerak yang dimaksud ini adalah gerak melingkar yang digunakan untuk mencerminkan pergerakan alam semesta yang dianggap lebih 'sempurna' dari pada gerak lurus karena sifatnya yang tak-terhingga (tak-terbatas). 
 
Dan awalnya, kosmologi ini menentang adanya ketiadaan, kehampaan alam semesta atau singularitas menurut Hawking. Menurut mereka, tidak ada suatu akibat yang terjadi tanpa adanya sebab (kausalitas). Plato berpendapat bahwa "Dunia ini, sebagai sesuatu yang tak kasat mata, tidak mungkin abadi, dan tentu diciptakan oleh Tuhan". 
 
Adapun pendapat lain yang mendukung pernyataan Plato, yakni dari Aristoteles "Alam semesta disebabkan oleh kausaprima", yang artinya ia meyakini adanya penggerak alam semesta yang tidak digerakkan oleh apapun, bertempat dilapisan paling luar alam semesta.

Kita maju beberapa abad kedepan, dimana ilmu pengetahuan mulai tumbuh dengan pesat. Dimulai saat Copernicus mematahkan teori geosentri yang dianut oleh sebagian besar masyarakat kala itu, tentu saja banyak orang yang menganggapnya sebagai penentangan terhadap nenek moyang. 
 
Copernicus memperkenalkan teori heliosentris yang menyatakan matahari sebagai pusat tata surya, dan planet-planet lain termasuk bumi bergerak mengellilingi matahari. Berbeda dengan teori geosentri, yang mana bumi dianggap sebagai pusat tata surya dan matahari, bulan, serta plane-planet lain bergerak mengitari bumi. Abad berikutnya terdapat Galileo Galilei, yang kita kenal dengan bapak astronomi
 
Penemuannya berupa teleskop, dan ia berhasil mengamati planet Neptunus. Berkat penelitiannya tersebut, ia melanjutkan teori heliosentri milik Copernicus. Namun, dalam keberhasilannya tersebut, beberapa pendeta menganggapnya sebagai penghinaan terhadap leluhur. Ia-pun dihukum mati di salah satu Gereja Vatikan. Dilanjutkan oleh Sir Newton, datang dengan teori gaya gravitasi. Yang menggambarkan gravitasi sebagai sumber gerak benda yang ada di alam semesta.

Pada abad ke-20, sains sangat berkontribusi terhadap perkembangan, pengetahuan mengenai kosmologi dewasa (modern). Terlebih temuan Teleskop Hubble yang berhasil diciptakan Edwin Hubble, dalam observasi lewat teleskopnya dapat disimpulkan bahwa "Dari sudut manapun anda melihat, bintang yang jatuh akan selalu menjauhi kita dengan kecepatan tinggi", atau dapat kita sebut dengan sudut paralaks. 
 
Observasinya tadi, dijadikan acuan untuk menjelaskan BigBang yang mana ruang bergantung pada materi. Namun, apa maksud dari 'ruang bergantung pada materi?'. Untuk memahaminya, mari kita buka kembali relativitas milik Einstein. Materi menyebabkan ruang melengkung, sementara kelengkungan ruang-waktu menyebabkan benda bergerak.
 
Illustration @Google
 
Kita buat perumpamaan, Matahari mempunyai massa yang paling besar di tata surya, sehingga ruang-waktu di sekitar Matahari melengkung. Akibat lengkungan ruang-waktu ini, Bumi seolah-olah "tertarik" mendekati pusat kelengkungan yaitu Matahari. Ini memberikan kesan bahwa dua buah massa akan tarik menarik (gravitasi versi Newton). Jadi gravitasi itu dampaknya. Sementara materinya bisa apapun, semua benda bermassa dan semua wujud energi. Dan mungkin salah satu materinya adalah dark matter.

Itulah sedikit gambaran 'kecil' kosmologi dalam memahami alam semesta. Sejatinya masih banyak lagi hal yang harus ditemukan dalam memahami alam semesta. Mungkin suatu saat, ada banyak orang yang mulai 'peduli' dengan semesta, mulai memahami keberadaan sesama makhluk hidup. Mengingat kita hanyalah makhluk hidup yang bergantung dengan alam.


Referensi :